SEMANAGAT LITERASI ANTI-KORUPSI, BELAJAR DARI SI KUMBI
Oleh: Septian Muhammad Sofiawan*
Hallo, perkenalkan nama saya Septian, seorang mahasiswa sekaligus pengurus Ruang Baca Komunitas (RBK). Saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya dalam hal literasi anti-korupsi. Berbicara tentang korupsi, saya teringat pengalaman saya dulu pada Desember 2017. Ini merupakan salah satu pengalaman berharga saya selama hidup. Waktu itu, saya diminta untuk mewakili RBK ke Jakarta dalam acara yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
KPK pada saat itu mengadakan acara yang cukup besar, untuk memperingati Hari Anti-Korupsi Sedunia (Hakordia). Acara tersebut turut mendatangkan beberapa elemen yang memiliki peran dalam pemberantasan dan pencegahan korupsi, diantaranya unsur penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK), pemerintah, guru, dan termasuk kami sebagai pegiat literasi. Karena peserta pada acara tersebut banyak, maka seluruh peserta hanya digabung pada saat pembukaan dan penutupan yang dibuka dan ditutup oleh Presiden Joko Widodo.
Taman Literasi Integritas (Tali Integritas) merupakan sub-acara pada acara utama Hakordia bagi para pegiat literasi. Dalam Tali Integritas, KPK bekerja sama dengan Pusat Edukasi Anti-Korupsi dan Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM-Indonesia) mengadakan kegiatan Tali Integritas. Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan pegiat literasi dari seluruh Indonesia.
Acara Tali Integritas mewadahi para pegiat literasi dari seluruh Indonesia untuk saling berbagi cerita, pengalaman, dan program yang dilakukan. Setiap orang di sana mewakili Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dari berbagai daerah, sehingga banyak pengalaman baru yang didapat dari setiap orangnya, diantaranya dalam hal melakukan edukasi anti-korupsi di daerahnya masing-masing melalui kegiatan literasi.
Selain saling berbagi pengalaman, kami juga mendapatkan pengetahuan baru dari materi-materi yang disampaikan pemateri. Ada pemateri dari KPK yang menjelaskan tentang korupsi dan bagaimana program-program anti-korupsi yang dilakukan oleh KPK. Kemudian dari Pusat Edukasi Anti-Korupsi membagikan buku cerita dan board game (papan permainan) tentang edukasi anti-korupsi untuk anak serta menjelaskan bagaimana pengaplikasiannya terhadap anak. Ada juga materi yang disampaikan dari Forum Taman Bacaan Masyarakat yang memberikan wawasan tentang bagaimana praktik edukasi anti-korupsi kepada masyarakat melalui beragam kegiatan di Taman Bacaan Masyarakat.
Inti dari diadakannya acara Tali Integritas adalah untuk saling sharing sekaligus membentuk ‘Panglima Integritas’ sebagai ‘tunas’ yang menjadi pelopor, khususnya di kalangan pegiat literasi untuk menyemai benih-benih integritas dalam masyarakat. KPK membuat perumpamaan peserta sebagai tunas yang akan menumbuhkan budaya anti-korupsi di daerah masing-masing. KPK berharap masyarakat dapat terus menyemai benih integritas. Artinya, peserta dalam acara Tali Integritas diharapkan dapat menaburkan benih integritas di daerahnya masing-masing untuk menghasilkan bibit integritas baru yang akan ditanam dan ditumbuhkembangkan lagi di tempat lain.
Dijelaskan bahwa integritas atau nilai-nilai anti-korupsi terdiri dari tiga aspek yaitu, nilai inti, etos kerja, dan sikap. Supaya masyarakat memiliki integritas dalam penegakan anti-korupsi, masyarakat harus paham akan tiga nilai inti dari anti-korupsi. Pertama jujur, artinya memiliki hati yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Kedua disiplin, artinya taat pada peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Ketiga tanggung jawab, artinya siap menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan.
Untuk menunjang nilai inti tersebut, dibutuhkan etos kerja yang mencakup tiga hal. Pertama kerja keras, artinya gigih dan fokus dalam melakukan sesuatu dan tidak asal-asalan. Kedua sederhana, yaitu bersahaja dan tidak berlebih-lebihan. Ketiga mandiri, artinya tidak bergantung pada orang lain. Kemudian salah satu integritas yang kadang kita lupakan adalah sikap, bagaimana kita bersikap menghadapi sebuah keadaan dalam hidup. Dalam sikap ini terdapat tiga nilai. Pertama adil yaitu berlaku sepatutnya dan tidak sewenang-wenang. Kedua berani, artinya mantap hati dan percaya diri, tidak gentar dalam menghadapi kesulitan. Ketiga peduli, yaitu sikap mengindahkan atau memperhatikan orang lain.
Salah satu hal yang menarik dalam acara Tali Integritas adalah bagaimana KPK melakukan pencegahan korupsi sejak dini. KPK menyadari bahwa praktik korupsi berkembang dalam budaya masyarakat dan terbentuk dalam sikap sejak seseorang masih kecil. Jadi, pola asuh serta lingkungan tempat seseorang tumbuh dan berkembang menjadi tempat yang vital dalam pembangunan karakter seseorang. Oleh karena itu, KPK berusaha menanamkan integritas dan karakter anti-korupsi sejak dini. Diantaranya dengan memproduksi beberapa buku cerita anak, lagu anak, film anak, dan papan permainan untuk anak. Semuanya dibuat sedemikian rupa dengan memuat nilai anti-korupsi supaya karakter anti-korupsi dapat tertanam dalam diri sejak usia dini.
Salah satu karakter yang dihadirkan oleh KPK, baik dalam buku cerita, lagu, film dan papan permainan adalah “Si Kumbi”. Si Kumbi diceritakan sebagai prototype anak yang yang jujur. Untuk buku seri ceritanya, ada beberapa judul yang dapat dibaca diantaranya “Piknik di Kumbinesia”, “Modo Tak Mau Menari”, “Suatu Hari di Museum Seni”, dan “Mari Bermain Bersama Kumbi”.
Dalam cerita-cerita tersebut terdapat nilai-nilai anti-korupsi dan pelajaran yang dapat ditarik oleh anak-anak yang membacanya. Misalnya nilai kejujuran yang selalu ada dalam cerita, dimana selalu dilukiskan bahwa ketidakjujuran akan membawa kepada keburukan. Namun sebaliknya, kejujuran akan berbuah manis. Karakter Si Kumbi yang jujur pun kemudian diceritakan memiliki keberanian untuk selalu berkata jujur. Hal ini tak lepas dari peran teman-temannya dalam cerita Si Kumbi yang digambarkan sebagai teman yang memiliki kepedulian satu sama lain.
Kita dapat menarik hal positif dari cerita Si Kumbi, bahwa pemberantasan korupsi tidak dapat dilakukan hanya oleh satu orang saja. Melainkan butuh peran dari berbagai pihak. Setiap pihak memiliki perannya sendiri-sendiri dalam memberantas korupsi dan menyebarkan edukasi anti-korupsi. Saya membuat tulisan ini agar kita juga sebagai pembaca dapat turut berperan dalam menyemai budaya anti-korupsi. Semoga dengan adanya kemauan dari berbagai pihak untuk memberantas korupsi dan menumbuhkan karakter anti-korupsi yang berintegritas, dapat melenyapkan budaya korupsi di Indonesia. Mari ikut berperan sebagai ‘tunas’ integritas yang terus menyemai nilai-nilai anti-korupsi di lingkunganya masing-masing, termasuk dan terutama di lingkungan para pegiat literasi, agar senantiasa menularkan semangat literasi anti-korupsi ke seluruh penjuru negeri.
*Septian Muhammad Sofiawan. Lahir di Kulonprogo Yogyakarta, 5 Oktober 1996. Saat ini sedang nyantri di Fakultas Hukum UMY dan di Fakultas Filsafat UGM. Mulai belajar berorganisasi di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Keluarga Pelajar Mahasiswa Banjar Patroman di Jogjakarta (KPMBPJ). Turut serta sebagai Relawan YRBK, terlibat dalam berbagai kegiatan, terutama Safari Literasi ke sejumlah sekolah, pesantren, dan komunitas di Kota Banjar, Ciamis, dan Pangandaran. Kegiatan Safari Literasi terjauh yang pernah diikutinya di Kepulauan Banda, Maluku Tengah dalam kegiatan “Festival Maluku Cerdas” yang diselenggarakan oleh Heka Leka, Ambon. Pada tahun 2017 mengikuti Bintek Pengelola Taman Baca Masyarakat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Barat. Pada tahun yang sama juga terpilih menjadi salah satu “Panglima Integritas” dalam Program Taman Literasi Integritas (TALI), Pusat Edukasi Anti-Korupsi, KPK-RI
No Comment