Kusuguhkan asmara manis di atas meja tersusun indah antara kata dan makna Tapi, kau memilih secangkir kopi tanpa gula yang telah kuseduh dengan rinai air mata Harapku mengirap bersama kepulan asap: Lenyap di udara 2020 Mayang A. Nurzaini, seorang puan yang mencintai dunia menulis sejak kecil. Selama karir menulis, ia sudah mengikuti beberapa […]
Sejak pertengahan Maret 2020, seperti kebanyakan orang lainnya, saya mulai menjalani masa bekerja dari rumah (work from home). Sesekali saya ikuti rapat daring seputar kegiatan kantor, berkoordinasi dengan atasan dan sesama bawahan ihwal pekerjaan yang harus diselesaikan. Di luar itu, pekerjaan diisi dengan menyusun laporan dan membaca, membaca, membaca. Ini saya lakukan hingga sekarang, meski […]
Karya: Hudan Nur dan akupun ke utara Suhita mengecup pipiku dibisikinya sebuah perang laut yang urung diterjemahkan cuaca malam itu, Bhre Wirasbhumi menghimpit nisan orangorang pribumi, rumah batu, abu jenazah semakin pudar dalam bayang O… Bhre Paramesywara salam takzim bagi purnama di Tumasik di antara awak kapal Malabar ukiran arabequs aku melihat […]
Bagaimana jika kita melihat sejarah dunia melalui kacamata Islam? Apakah kita cenderung menganggap diri kita sebagai versi kerdil barat?
Negeri ini sedang anarkis
Tak bisa diajak kompromi
Tenaga medis mati matian
Manusia gila masih saja berkeliaran
Puisi itu, dengan foto gapura Kampung Seni Padangrani, seolah-olah diam pada tempatnya masing-masing. Mereka meneguhkan eksistensinya, yakni mencipta ruang keheningan.
Wujud di mana-mana Di tanah basah Di pekarangan rumah Diinjak Dilempar Dipukul Diterpa Malang Namun batu tetap batu Keras dan keras Pun demikian hatiku 2019
“Hei, apakabar bantal lapuk yang sudah bau?” Dari beberapa buku yang tertera di rak yang nampak tidak rapih. Buku dari atas kardus, tidak berani menyapanya. Karena mereka masih baru, menghuni tempat ini. “Oh, kau para buku. Aku masih baik. Aku tidak bau. Hanya penampilanku saja yang lusuh. Maklum, setelah dicuci dan dijemur siangnya, malamnya dipakai […]
KUDA: REPRESENTASI JARAK DAN TRANSPORTASI GAIRAH MAGIS PADA SAJAK KARNO KARTADIBRATA DAN UMBU LANDU PARANGGI
Lesapnya subjek dan objek pada puisi ini mengakibatkan misteri jarak antara benda di luar tubuh terhadap tubuh. Jarak ini menjadi samar, bisa dikatakan lebur karena otoritas yang berada di luar tubuh adalah visual yang sudah disistematiskan. Seperti misalnya melihat pemandangan yang indah, atau melihat perempuan cantik, semua itu sudah diset dalam pikiran manusia yang sudah menerima masukan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Fenomena ini tidak dapat lepas dari wawasan aku lirik.
Puisi Seli Desmiarti hangat sebangun rumah kaulah perempuan sahaja bersinjang Ambu, di Wangi Sagara, tempat kisah para perempuan bermula dari segenggam tanah merah dan jernih benih gadis telah kau tumbuhkan sulur-sulur dari hangat tubuh rumah menjalar melingkarkan harapan dan angan-angan menjulur merimbunkan waktu dan angka-angka Ambu, warna usia setia berangsur memutih ke rambutmu sedang aku […]